Halaman

Sabtu, 24 November 2012

KTI Kebidanan Perilaku Sadari Pada Remaja Putri Kelas III

Contoh KTI Kangker Payudara Sadari Pada Remaja Putri Kelas III
KTI Kebidanan Perilaku Sadari Pada Remaja Putri Kelas III
Salah satu pembunuh terbesar perempuan di dunia adalah kanker payudara. Sekitar 8 – 9% wanita di seluruh dunia memiliki resiko kanker payudara. Bahkan data statistik menyebutkan, setiap tahunnya satu juta wanita terdeteksi sebagai pasien baru penyakit ini dan sekitar 372 pasien meninggal dunia. Di dunia kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua terbanyak setelah kanker paru. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun jumlah kasus-kasus baru kanker di dunia sekitar 1.150 ribu orang, sebanyak 10 persen karena kanker payudara.
Di kebanyakan negara maju insiden kanker payudara jauh lebih tinggi: 100 kasus baru per 100.000 penduduk.
Di Amerika Serikat jumlah penderita yang terdiagnosis kanker payudara tahun lalu diperkirakan mencapai 250.000, sebanyak 40.000 diantaranya meninggal dunia.
Di Asia sebenarnya penderita kanker payudara masih rendah, 20 kasus baru di antara 100.000 penduduk.
Di Indonesia, jumlah penderita kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker mulut rahim. Kanker payudara merupakan kanker tersering dijumpai di rumah sakit kanker Dharmais, 40 persen pasien yang berobat ke RS Dharmais karena ada kekambuhan, adapun yang terdiagnosis kasus kanker payudara baru umumnya pada stadium lanjut, hanya 13, 4 persen yang terdiagnosis pada stadium I atau II. Karena angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun, dan yang paling tinggi kelompok usia 45 – 66 tahun (dr Samuel) Haryono SpB (K) Onk, (RSKD)
Di Propinsi Lampung laporan pertahun rumah sakit (RS) seluruh propinsi Lampung data penderita penyakit kanker payudara dari tahun 2005-2006 terdapat 3672 orang penderita kanker payudara (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2007).
Kanker payudara pantas dikatakan sebagai penyakit yang menakutkan bagi perempuan. Tingginya jumlah kasus kanker payudara diduga karena perempuan kurang waspada terhadap perubahan payudaranya. Sehingga menyebabkan kanker payudara terdeteksi pada stadium lanjut. Padahal, deteksi dini dan peningkatan kewaspadaan disertai pengobatan yang sesuai, dipercaya dapat menurunkan jumlah kematian karena kanker payudara.
Berdasarkan data pra survey berupa wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan 20 siswa perempuan di SMAN ZZZ tentang masalah SADARI terdapat 16 orang siswi perempuan yang belum mengetahuinya. persoalannya adalah bagaimana cara memasyarakatkan SADARI sejak mulai masa remaja untuk mendeteksi segala kelainan atau keganasan pada payudara. Oleh sebab itu penulis berminat untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada remaja putri SMA kelas III ini yang mempunyai jumlah siswa 243 orang yang terdiri dari siswa perempuan 157 orang dan siswa laki-laki 86 orang (Data SMAN 1 Kalirejo 2009).
Contoh Perilaku Sadari Pada Remaja Putri Kelas III
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan tersebut di atas, maka penulis mengemukakan masalah yaitu belum diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada Remaja Putri Kelas III di SMAN ZZZ.
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu :
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada remaja putri kelas III di SMAN ZZZ.
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan remaja putri kelas III tentang SADARI di SMAN ZZZ.
b. Diketahuinya gambaran prilaku remaja putri kelas III di SMAN ZZZ
c. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada remaja putri kelas III di SMAN ZZZ.
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah pengetahuan remaja putri kelas III SMAN 1 Kalirejo Lampung Tengah tentang prilaku SADARI
2. Bagaimanakah prilaku remaja putri kelas III di SMAN ZZZ tentang SADARI
3. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada remaja putri kelas III di SMAN ZZZ.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi ruang lingkup yang di teliti, yaitu :
1. Jenis penelitian : Deskriptif korelasi
2. Subyek Penelitian : Siswi (remaja) kelas III SMA
3. Obyek penelitian : Perilaku SADARI
4. Lokasi penelitian : SMAN ZZZ
5. Waktu penelitian : 6 – 7 Januari 2009
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan bermanfaat sebagai sumber pemikiran dan bahan masukan untuk meningkatkan prilaku SADARI.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah kepustakaan dan menjadi bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
3. Bagi Siswi SMAN ZZZ
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahuan bagi siswi kelas III di SMAN ZZZ,dapat melakukan SADARI untuk mendeteksi dini segala kelainan yang ada pada payudara.
4. Bagi Tenaga dan Instansi Kesehatan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini tenaga kesehatan dapat lebih memaksimalkan upaya pemberian pendidikan kesehatan berupa penyuluhan khususnya bagi remaja putri dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan mengenai SADARI salah satu caranya adalah memberikan leaflet dan memasang poster mengenai SADARI. Sehingga remaja putri dapat tahu dan mengerti serta memahami pentingnya melakukan SADARI sejak dini dengan harapan dapat mendeteksi adanya kelainan pada payudara.
5. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam menerapkan ilmu kebidanan yang didapat selama pendidikan.

Kamis, 18 Oktober 2012

Kehamilan Ektopik (Ectopic Pregnancy)

Kehamilan Ektopik (Ectopic Pregnancy)


Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali. Kehamilan ektopik disebut juga ectopic pregnancy, ectopic gestation, eccecyesis. Kehamilan ektopik merupakan penyebab kematian ibu pada umur kehamilan trimester pertama. Frekuensi kejadian kehamilan ektopik berkisar 1: 14,6 % dari seluruh kehamilan.

Istilah dalam Kehamilan Ektopik

Beberapa istilah yang berkaitan dengan kehamilan ektopik antara lain:
  1. Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang membahayakan wanita.
  2. Kehamilan heterotopik adalah kehamilan intrauterin yang berdekatan dengan kehamilan ektopik.
  3. Kehamilan ektopik kombinasi (combined ectopic pregnancy) adalah kehamilan intrauterin yang bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin.
  4. Kehamilan ektopik rangkap (compound ectopic pregnancy) adalah kehamilan intrauterin dan ekstrauterin lebih dulu terjadi, tapi janin sudah mati dan menjadi litopedion (janin yang sudah membatu).

Penyebab Kehamilan Ektopik

Penyebab kehamilan ektopik belum diketahui secara pasti. Namun demikian, penyebab kehamilan ektopik yang paling sering adalah faktor tuba (95%). Di bawah ini merupakan penyebab kehamilan ektopik:
  1. Faktor tuba, meliputi: penyempitan lumen tuba, gangguan silia tuba, operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna, endometriosis tuba, tumor;
  2. Faktor ovum, meliputi: rapid cell  devision, migrasi eksternal dan internal ovum, perlekatan membran granulosa;
  3. Penyakit radang panggul;
  4. Kegagalan kontrasepsi;
  5. Efek hormonal, meliputi: penggunaan kontrasepsi mini pil, dan
  6. Riwayat terminasi kehamilan sebelumnya.

Klasifikasi Kehamilan Ektopik

Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba. Tempat implantasi yang paling sering adalah ampula, kemudian isthmus, fimbriae, kornu, serta uterus intersisialis. Sedangkan kehamilan ektopik non-tuba sangat jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada abdomen, ovarium, atau servik.
Beberapa klasifikasi kehamilan ektopik adalah:
  1. Kehamilan interstisial (kornual)
  2. Kehamilan ovarium
  3. Kehamilan servik
  4. kehamilan abdominal

Kehamilan interstisial (kornual)

Kehamilan interstisial merupakan kehamilan yang implantasi embrionya di tuba falopi. Pasien menunjukkan gejala yang cukup lama, sulit didiagnosis dan lesi menyebabkan perdarahan masif ketika terjadi ruptur. Pada usia kehamilan 6-10 minggu akan terganggu. Hasil konsepsi dapat mati dan diresorbsi, keguguran, ruptur tuba. Angka kematian ibu akibat kehamilan interstisial adalah 2 %. Penanganan pada kasus ini dengan laparatomi.

Kehamilan ovarium

Kehamilan di ovarium lebih sering dikaitkan dengan perdarahan dalam jumlah banyak dan pasien sering mengalami ruptur kista korpus luteum secara klinis, pecahnya kehamilan ovarium, torsi, endometriosis.

Kehamilan servik

Kehamilan servik merupakan kehamilan dengan nidasi di kanalis servikalis, dinding servik menjadi tipis dan membesar. Kehamilan di servikalis ini jarang dijumpai. Tanda dari kehamilan ini adalah: kehamilan terganggu, perdarahan, tanpa nyeri, abortus spontan. Terapinya adalah histerektomi.

Kehamilan abdomen

Kehamilan abdominal terbagi menjadi: primer (implantasi sesudah dibuahi, langsung pada peritonium/ kavum abdominal) dan sekunder (embrio masih hidup dari tempat primer). Kehamilan dapat aterm dan anak hidup, namun didapatkan cacat. Fetus mati, degenerasi dan maserasi, infiltrasi lemak jadi lithopedion/ fetus papyraceus. Terapi kehamilan abdominal adalah: laparotomi, plasenta dibiarkan (teresorbsi).

Faktor Resiko Kehamilan Ektopik

Kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik diantaranya adalah: endometriosis; riwayat radang panggul; riwayat kehamilan ektopik sebelumnya; riwayat pembedahan tuba; riwayat infertilitas; riwayat pemakaian IUD belum lama berselang; riwayat penyakit menular seksual (PMS) seperti: gonore dan klamidia; faktor usia hamil di atas 35 tahun; riwayat kebiasaan buruk (merokok) dan pasien dalam proses fertilisasi in vitro.

Gejala dan Tanda Kehamilan Ektopik

Ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan gejala pada usia kehamilan 6-10 minggu. Adapun gejala dan tanda yang dirasakan antara lain: amenorea/ tidak haid; Nyeri perut bagian bawah; perdarahan per vaginam iregular (biasanya dalam bentuk bercak-bercak darah); rasa sakit pada salah satu sisi panggul; tampak pucat; tekanan darah rendah, denyut nadi meningkat, ibu hamil mengalami pingsan dan terkadang disertai nyeri bahu akibat iritasi diafragma dari hemoperitoneum.

Diagnosis Banding Kehamilan Ektopik

Beberapa penyakit yang menyerupai dengan tanda dan gejala kehamilan ektopik antara lain: abortus iminen, abortus kompletus, Korpus luteum pecah, perdarahan disfungsional, apendisitis, penyakit radang panggul, dan fibroid.

Diagnosis Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik biasanya sulit didiagnosa dengan cepat, dikarenakan tanda dan gejala sama dengan kehamilan normal. Untuk menegakkan diagnosa, maka dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
  1. Anamnesis, untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu;
  2. Pemeriksaan fisik;
  3. Tes kehamilan;
  4. Pengukuran kadar beta-HCG;
  5. Sonografi transvaginal, untuk mendeteksi kantung kehamilan intrauterin;
  6. Kuldosintesis, untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah;
  7. Pemeriksaan hematokrit;
  8. Dilatasi dan kuretase, dan
  9. Laparoskopi,  digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lainnya meragukan.

Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik

Tujuan pengobatan akan bergeser dari mencegah kematian menjadi mengurangi kesakitan dan mempertahankan kesuburan, apabila dilakukan diagnosis yang lebih awal
Adapun penatalaksanaan pada kasus kehamilan ektopik antara lain:
  1. Terapi medikamentosa
  2. Terapi pembedahan

Terapi medikamentosa

Terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan pemberian Metotreksat (MTX), injeksi intramuskular 50 mg/m2 merupakan pengobatan yang efektif untuk pasien-pasien yang memenuhi kriteria. Dosis diberikan pada hari ke 1, tetapi kadar beta-HCG akan mengalami peningkatan selama beberpa hari. Kriteria untuk mendapatkan metotreksat adalah: stabil secara hemodinamik tanpa perdarahan aktif, pasien ingin mempertahankan kesuburannya, tidak ditemukan gerakan janin  dan kadar beta-HCG tidak lebih 6000 mIU/ml.
Adapun kontraindikasinya adalah: imunodefisiensi, ibu menyusui, alkoholisme, leukopenia, penyakit paru aktif, disfungsi hati, disfungsi ginjal, gerakan jantung embrio dan kantung kehamilan lebih dari 3,5 cm.

Terapi pembedahan

Terapi pembedahan definitif berupa salpingektomi merupakan terapi pilihan untuk wanita yang secara hemodinamik tidak stabil. Adapun terapi pembedahan konservatif yang sepenuhnya sesuai untuk pasien dengan hmodinamik stabil adalah:
  • Salpingostomi linear laparoskopik adalah prosedur yang paling sering digunakan.
  • Salpingektomi parsial meripakan pengangkatan bagian tuba falopi yang rusak dan diindikasikan ketika terdapat kerusakan yang luas atau perdarahan lanjutan setelah salpingostomi.

Prognosis Kehamilan Ektopik

Sepertiga dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, untuk selanjutnya dapat hamil lagi. Kehamilan ektopik bisa terjadi kembali pada sepertiga wanita dan beberapa wanita tidak hamil lagi. Kemungkinan wanita dapat berhasil hamil, tergantung dari: faktor usia, apakah sudah memiliki anak dan mengapa kehamilan ektopik pertama terjadi. Sedangkan tingkat kematian akibat kehamilan ektopik telah terjadi penurunan dalam 30 tahun terakhir menjadi kurang dari 0,1%.

Komplikasi Kehamilan Ektopik

Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik, yaitu: ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain: perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

Kata Kunci

kehamilan ektopik, laparatomi, kehamilan ektopik terganggu, penyebab kehamilan ektopik, hamil ektopik, kehamilan ectopic, klasifikasi kehamilan ektopik, kasus kehamilan ektopik, kehamilanektopik, Operasi ektopik kapan boleh berhubungan suami istri, menurunkan kadar b- hcg dalam darah, mengatasi kehamilan ectopic, Kehamilan etopik, MATERI MANAJEMEN NYERI POST OP EKTOPIK, Kehamilan etopik terganggu, kehamilan kornual, paska operasi ektopik, patofisiologi askep kehamilan hemoragic anteparrtum dan kehamilan ektopik, tanda/gejala awal kehamilan eksotik, tanda tandakehamilan ectopic, tanda tanda kehamilan ectopic, Setelah 1 bulan operasi ektopik di lakukan kuret apa boleh, sebab-sebab kehamilan ektopik, salpingektomi adalah, penatalaksanaan perdarahan kehamilan.

Penyakit Trikomoniasis

Penyakit Trikomoniasis


Tipe: Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.

Prevalensi: Trikomoniasis adalah Penyakit Menular Seksual yang dapat diobati yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.

Cara Penularan: Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.

Gejala-gejala:
Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.

Pengobatan: Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.

Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondom dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini.

Semoga Bermanfaat =))

 The danger of small mistakes is that those mistakes are not always small.



Selasa, 16 Oktober 2012

5 Tips Wajib Bagi Ibu Menyusui

5 Tips Wajib Bagi Ibu Menyusui


Bayi yang disusui dengan ASI akan mendapatkan gizi terbaik yang tidak tergantikan bahkan oleh susu formula yang paling mahal sekalipun. Menyusui juga merekatkan jalinan cinta antara ibu dan bayinya karena:
  1. Kontak kulit dengan ibunya membuat otak bayi melepaskan hormon oksitosin (“hormon cinta”) yang membuatnya tenang dan merasa terlindungi.
  2. Air susu ibu (ASI) mengandung hormon koleksitokinin yang membuat bayi mudah tidur.
Berikut adalah beberapa tips bagi para ibu yang sedang menyusui:
menyusui
  1. Jangan menjadwalkan pemberian ASI. Susuilah bayi pada saat dia meminta dan hentikan hanya setelah dia merasa cukup, sebab:
    • Bayi memiliki lambung yang kecil dan ASI sangat mudah diserap. Semakin muda umur bayi, semakin cepat dia merasa lapar kembali. Kapasitas produksi ASI antar ibu juga bervariasi. Semakin kecil produksi, semakin sering dan lama bayi harus disusui. Hanya bayi itu sendiri yang tahu kapan saatnya harus menyusu.
    • Kandungan gizi dalam ASI yang dikeluarkan selama menyusui bervariasi. Kandungan lemak pada menit-menit awal cukup rendah, lalu meningkat terus sampai menit terakhir. Bila ibu menghentikan proses menyusui sebelum saatnya, maka bayi akan kekurangan lemak dan cepat lapar kembali.
    • Bila menyusui dilakukan secara terjadwal, dalam tiga bulan produksi ASI akan menurun. Aktivitas menyusui merangsang keluarnya hormon prolaktin yang memproduksi susu. Semakin sering menyusui, semakin besar prolaktin yang dikeluarkan. Bila ibu jarang menyusui, maka otomatis tubuhnya juga pelan-pelan akan mengurangi prolaktin yang bermanfaat dalam produksi ASI.
    • Bayi meminta menyusu bukan semata-mata karena lapar, namun juga karena kebutuhan emosional untuk disayangi dan dilindungi.
  1. Jaga keseimbangan kedua payudara. Susui dengan kedua payudara secara bergantian. Setiap kali memulai, gunakan payudara yang terakhir disusukan.
  2. Bantu bayi bila menunjukkan gejala akan bersendawa (Jawa: gumoh). Sendawakan dengan menggendong tegak pada pundak dan menepuk-nepuk punggungnya. Dengan begitu maka udara yang terisap bersama ASI secara perlahan akan keluar.
  3. Bila ASI memancar sewaktu akan disusukan, keluarkan sedikit dengan tangan untuk menghindari bayi tersedak dan menolak susu. Caranya adalah dengan menopang payudara secara lembut dan mengurut ke arah areola sambil memutar pijatan ke sekeliling kuadran payudara. Kemudian, tekan areola dengan ibu jari dan jari-jari untuk mengosongkan ASI yang terdapat dalam sinus-sinus areola.Cara lain untuk mengeluarkan ASI adalah dengan pompa mekanik maupun listrik. Apabila terjadi pembengkakan payudara (engorgement) sebelum ASI dikeluarkan dengan pompa, sebaiknya payudara dipijat terlebih dahulu supaya ASI mudah keluar.
  4. Bagi ibu yang terpaksa harus meninggalkan bayinya, simpanlah ASI agar dapat diberikan melalui botol pada saat bayi merasa lapar. ASI dapat disimpan di tempat yang bersih selama 6-8 jam. Bila disimpan di kulkas, jangan diberikan setelah melewati 2X 24 jam. ASI dapat bertahan hingga 2 minggu bila disimpan pada lemari pendingin bertemperatur di bawah 18 derajat celcius. Pembekuan ASI tidak banyak berpengaruh terhadap kandungan gizi dan zat kebal di dalamnya, asalkan tidak dipanaskan berlebihan sebelum diberikan ke bayi. Pemanasan di atas 62 derajat celcius selama 30 menit akan merusak unsur selular dan zat kebal di dalamnya (IgG, IgA dan IgN).